Menurut Psikologi Bukan Kelainan, Ini Penjelasan Ahli Mengenai Homoseksual
POTRET BERITA — Selama ini, anggapan masyarakat mengenai homoseksual adalah sesuatu yang salah kaprah.
Pasalnya, banyak otoritas kesehatan yang menegaskan salah satu orientasi seksual ini tidaklah kelainan atau gangguan jiwa.
Asosiasi psikiater yang tergabung dalam American Psychiatric Association (APA), pada tahun 973 silam sudah menghapus diagnosis homoseksualitas sebagai gangguan jiwa. Hal ini dilihat dari acuan diagnosis ahli kesehatan jiwa atau Diagnostic and Statistical Manual (DSM) edisi II.
Di Indonesia sendiri, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), orientasi seksual termasuk homoseksual juga tidak dianggap ke dalam kelainan atau gangguan jiwa.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini ada penjelasan dokter spesialis kedokteran jiwa tentang homoseksual menurut psikologi.
Bukan kelainan
dr. Dharmawan A. Purnama, Sp.KJ seorang dokter spesialis kedokteran jiwa menjelaskan, ada alasan ilmiah mengapa para ahli mengatakan homoseksual sebagai kelainan atau gangguan jiwa.
Dharmawan mengungkapkan, syarat suatu fenomena dianggap sebagai kelainan atau gangguan jiwa ditandai dengan penderitaan (distress) dan ketidakmampuan (disability).
“Orientasi seksual termasuk homoseksual bukan gangguan kepribadian atau mental. Gangguan psikologis dan perilaku itu syaratnya mesti ada distress dan disability,” ungkap nya.
Selanjutnya, Dharmawan menjelaskan, jika latar belakang seseorang menjadi homoseksual bisa dipengaruhi dari perkembangan bagian otak bernama hipotalamus sejak dalam kandungan.
“Penyebabnya bisa berasal dari perkembangan di hipotalamus. Apabila, di hipotalamus terdapat bagian yang mengatur seksual, termasuk orientasi seksual,” jelas dia.
Tidak hanya perkembangan hipotalamus, kondisi hormon ketika janin masih di dalam kandung juga salah satu yang mempengaruhi orientasi seksual.
“Ada yang namanya fase kritis di tiga bulan pertama pertumbuhan janin. Jika ada sesuatu pada hormon testosteron, pembentukan seksual dapat terpengaruh, sehingga pembentukan pusat seksual akan berbeda dengan umumnya,” tambahnya.
Bisa jadi gangguan jika…
Homoseksual dapat menjadi gangguan kesehatan mental jika seseorang merasa tidak nyaman dengan orientasi seksualnya. Kondisi ini dikenal sebagai homoseksual ego distonik dalam dunia kesehatan mental.
Konflik batin pada homoseksual ego distonik akan bisa menyebabkan kegelisahan, stress, sampai pada gangguan kecemasan. Namun, kelainan homoseksual ego distonik ini bisa disembuhkan dengan bantuan terapi oleh ahli kesehatan jiwa.
Dharmawan sendiri mengatakan, jika dia akan menggunakan pendekatan logoterapi atau terapi mencari makna hidup.
“Kalau sama pasien saya, saya suka lakukan logoterapi, terapi mencari makna hidup,” kata Dharmawan.
Walaupun dianggap abnormal, Dharmawan menekankan bahwa homoseksual bukanlah suatu kelainan.
“Sesuatu yang dianggap abnormal belum tentu penyakit, belum tentu kelainan,” tegasnya.