Hadiri KTT, Prabowo Tiba di Yordania untuk Bahas Agresi Israel di Gaza

POTRET BERITA — Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan yang juga presiden terpilih Republik Indonesia tiba di Queen Alia International Airport (QAIA), Amman, Yordania, pada Senin (10/6).
Diberitakan, kunjungan Prabowo ke Yordania ini dalam rangka mewakili Presiden RI Joko Widodo untuk hadir dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) bertema Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza.
Konferensi ini digelar bersama oleh Kerajaan Hasyimiyah Yordania, Republik Arab Mesir, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 11 Juni di Yordania.
Konferensi ini diselenggarakan sehubungan dengan seruan gencatan senjata di Jalur Gaza. Di mana bertujuan supaya para kepala negara bisa mengidentifikasi langkah-langkah untuk memperkuat tanggapan komunitas internasional pada bencana kemanusiaan yang tengah berlangsung.
Diharapkan, kehadiran perwakilan dari Pemerintah Indonesia dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza.
Prabowo hadir memenuhi undangan dari Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi, Raja Yordania Abdullah II bin Al Hussein, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang dikirim pada Jokowi 30 Mei lalu.
Ketika tiba di Bandara Queen Alia International, Prabowo disambut oleh Menteri Urusan Perdana Menteri Ibrahim Mashhour Al Jazi serta Atase Pertahanan (Athan) RI untuk Mesir di Kairo Kolonel Kav Aria Sanggita Saleh.
Kemudian, Prabowo datang dengan didampingi Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sugiono menuju hotel dan disambut oleh Duta Besar RI di Amman Ade Padmo Sarwono dan Karo Humas Setjen Kemhan Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha.
Diketahui, Yordania akam menjadi tuan rumah untuk konferensi internasional darurat terkait Gaza pada 11 Juni esok. Pertemuan tersebut turut mengundang pemimpin-pemimpin negara di seluruh dunia.
Sebagaimana dilansir dari Roya News, KTT ini akan membahas dukungan internasional bagi situasi kemanusiaan di Gaza yang kini ada di ujung tanduk.
KTT juga akan memaparkan prosedur dan langkah-langkah signifikan terkait pemberian bantuan, yang mana juga mengenai kebutuhan operasional dan logistik.
Hingga kini, agresi Israel di Jalur Gaza sudah menewaskan lebih dari 37.000 orang Palestina, dengan mayoritas korban anak-anak dan perempuan.