Gunung Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas Guguran

POTRET BERITA — Seperti dilaporkan, Gunung Merapi yang berlokasi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah kembali mengeluarkan awan panas guguran (APG) sebanyak dua kali pada Senin sore (4/12).

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut, kejadian awan panas guguran pertama hari ini muncul pukul 17.13 WIB.

“Teramati APG ke arah Sungai Boyong dengan tinggi kolom erupsi kurang lebih 500 meter di atas puncak,” ujar Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso dalam keterangannya, pada Senin.

Agus menjelaskan, erupsi ini condong ke arah barat daya dengan arah angin yang  mengarah ke utara. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk waspada terhadap dampak buruk abu vulkanik.

Menurut Agus, awan panas guguran ini disebabkan oleh penumpukan kubah lava disertai dorongan material dari dalam ditambah pengaruh hujan.

“(Durasi APG) masih dalam kalkulasi,” ucap Agus.

Kemudian awan panas guguran kedua termonitor terjadi pukul 17.36 WIB. Dalam seismograf tercatat, amplitudo maksimal 50 mm dan durasi 123,96 detik.

“Jarak luncur 1.200 meter arah hulu Kali Boyong,” imbuh Agus.

Sejauh ini, BPPTKG masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan semenjak November 2020 lalu.

Saat ini, potensi bahaya yang terjadi berupa guguran lava dan awan panas guguran pada beberapa titik yaitu, di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak.

Berdasar pemodelan pada kedua kubah lava tersebut, BPPTKG menentukan potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Bebeng, dan Krasak sejauh maksimal 7 kilometer.

Lalu, pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Apabila terjadi letusan eksplosif, lontaran abu vulkanik bisa menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.

Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas apapun di dalam zona bahaya serta mengantisipasi kemungkinan gangguan akibat abu vulkanik.